Sabtu, 14 April 2018

Telaga Pengilon Wonosobo

Wisatawan Telogo Pengilon Dieng Wonosobo Jawa TengahTelaga Pengilon adalah salah satu keajaiban obyek wisata di Kawasan Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Sebab, danau ini memiliki warna yang berbeda dengan danau di sampingnya, Telaga Warna (Menjer).

Betapa tidak ajaib. Dua danau alam yang hanya diapit tanah memiliki karakter dan warna yang berbeda. Telaga Menjer punya warna hijau, sedangkan Telaga Pengilon warnanya jernih seperti cermin, tetapi terlihat kuning kecoklatan bila dilihat dari bukit pegunungan di atasnya.

Itu yang membuat banyak wisatawan takjub, terheran-heran, dan menyebutnya sebagai sebuah keajaiban alam yang luar biasa di Kawasan Dieng. Masuk obyek wisata Telogo Pengilon sama saja ketika Anda masuk ke Telaga Warna, karena kedua tempat ini menjadi satu yang bisa Anda nikmati dalam satu kunjungan.

Tak hanya wisatawan lokal, pengunjung asing mancanegara banyak yang terpukau dengan keajaiban dua danau kembar yang memiliki warna yang berbeda tersebut. Selain menjadi jujugan backpacker, traveler maupun wisatawan, dua danau kembar itu berfungsi sebagai tadah hujan sekaligus induk mata air di sekitar telaga.

Sejarah dan asal usul telaga pengilon
Menurut catatan sains, ilmu pengetahuan geologi, dua danau itu terbentuk karena adanya letusan yang membentuk kaldera atau semacam cekungan.

Uniknya, Telaga Warna airnya mengandung belerang sehingga tidak memungkinkan adanya ikan. Sementara itu, Telaga Pengilon yang jaraknya sangat dekat, hanya dibatasi tanah, dimanfaatkan penduduk setempat untuk memancing ikan, serta sebagai sumber mata air untuk pertanian.

Asal mula nama Telogo Pengilon diambil dari kata telaga yang berarti "danau" dan pengilon diambil dari bahasa Jawa yang artinya "cermin", kata benda dari kata kerja "ngilo" atau "ngaca" / berkaca.

Kenapa demikian? Sebab, airnya sangat jernih, bening, alami dan bebas dari zat kimia. Saking jernihnya air dalam telaga ini, maka dinamakan Telaga Pengilon, jika dibahasa-Indonesiakan artinya telaga cermin.

Sebuah legenda dari cerita tutur yang berkembang di masyarakat berkisah, dulu ada Ratu Penguasa Samudera yang memiliki puteri cantik. Ada dua ksatria yang akan melamarnya. Namun, Sang Ratu memberikan syarat berupa sayembara.

Siapa yang bisa membuat danau indah, dialah yang berhak memperistri anak Sang Ratu. Kedua kesatria itu berhasil membuat danau. Kesatria satu berhasil membuat Danau dengan cepat, satunya lagi membuat agak lambat tetapi hasilnya bagus dan airnya sangat jernih.

Awalnya, kesatria pertama yang dipilih. Namun, kemudian dicabut karena Sang Ratu dan Si Puteri Cantik terpesona dengan kejernihan air di Telaga yang kini disebut Pengilon. Keduanya mandi di sana, busana dan pakaiannya ditaruh di ranting pepohonan.

Karena tertiup angin, busana keduanya melayang sampai ke satu sendangnya lagi hingga membuat berwarna hijau. Namun, ini adalah kisah mitos bernuansa mistis yang berkembang di masyarakat. Lepas dari sejarah dan asal usul bersifat legenda, Telaga Pengilon adalah satu dari pasangan dua danau kembar yang indah dan menjadi obyek wisata wajib di Kawasan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
 
 
 

Telaga Merdada Dieng

telaga merdada dieng wonosoboSalah satu tempat wisata di dieng yang luput dari wisatawan adalah telaga merdada. Telaga merdada adalah salah satu telaga terbesar yang ada di dieng.
Tahukah anda bahwa air dari telaga ini berasal dari air hujan, jadi ketika kemarau danau ini akan mengering. Begitupun sebaliknya ketika musim hujan, volume air danau ini akan penauh.
Walaupun air telaga merdada kering ketika kemarau, bukan berarti anda bisa menginjakan kaki di dasar danau. Karena danau ini dipenuhi dengan lumpur yang cukup dalam.
Telaga merdada mempunyai kawasan yang sangat luas, yaitu sekitar 25 hektar. Dengan kawasan yang begitu luas lalu talaga ini di beri merdada. Kata Meradad meruku pada ” dada ” yang mengandung arti luas atau lapang.
Di tepi danau merdada dulunya digunakan sebagai tempat pembibitan jamur oleh PT Dieng Jaya. Akan tetapi perusahaan tersebut telah bangkrut dan meninggalkan sisa-sisa bangunan pembibitan yang terbengkelai.
Kini kawasan tepai danau telah dimanfaatkan petnai setempat unutk kegiatan bercocok tanaman. Petani kebanyakan menanam kentang di tepi telaga merada dieng ini.

Lokasi Telaga Merdada Dieng

Alamat telaga merdada berada di Desa Karang Tengah, Kecamatan Batur, Banjar Negara. Banyak juga yang beranggapan wisata Telaga Merdada di wonosobo.

Harga Tiket Masuk Telaga Meradada Dieng

Untuk harga tiket masuk danau merdada dieng adalah 5.000 rupiah per orang. Biaya lainya yang harus anda keluarkan adalah tiket parkir kendaraan bermotor.
Harga tersebut bisa sewaktu-waktu berubah. Jika mengunjungi danau meradad pada saat bukan hari libur maka tidak dikenakan biaya tiket masuk.

Jalan Menuju Telaga Merdada Dieng

Untuk jalan menuju telaga merdada dieng adalah sebagai berikut. Dari pertigaan dieng ambil jalan arah banjarnegara.
Telusuri jalan tersebut hingga menemukan petunjuk masuk ke kawasan telaga. Jarak dari pertigaan dieng sampai ke telaga meradada sekitar 3 km.



sumber : https://dieng.me/telaga-merdada-dieng/

Alun Alun Wonosobo

Alun-Alun (Town Square) merupakan ikon sebuah kota. Selain jadi jantung kota, Alun-Alun juga merupakan ruang publik dan pusat kekuasaan pemerintahan. Sebuah kota akan tampak sepi dan serasa hampa tanpa kehadiran Alun-Alun.
Kata orang, kalau main ke Jogja tapi tidak main ke Malioboro itu namanya belum ke Jogja. Nah sama juga kalau ke Wonosobo tapi tidak menginjakan kakinya di Alun-Alun Wonosobo namanya belum ke Wonosobo.
Image result for alun alun wonosobo
Alun-Alun Wonosobo adalah salah satu Alun-Alun terindah di Jawa Tengah. Ruang publik ini, jadi pusat segala aktifitas warga dan pemerintah. Dari sekadar tempat wisata keluarga,  jalan-jalan, olah raga, pusat hiburan rakyat hingga perhelatan ceremonial pemerintah bahkan saat SunMor (Sunday Morning) juga bisa jadi tempat wisata belanja.

Wajah Alun-Alun Wonosobo terlihat cantik, luas, sejuk dan menarik perhatian orang yang melintasi jalan protokol sekitar Alun-Alun. Hal ini menjadi magnet  bagi siapapun untuk mengunjunginya.
Kondisi Alun-Alun Wonosobo yang ramai berdampak pada roda perekonomian rakyat. Pasalnya, Alun-Alun Wonosobo boleh dibilang bagaikan gula bagi semut. Alun-Alun yang ramai pasti akan disrubung PKL untuk berdagang di sekitar Alun-Alun.
Alun-Alun Wonosobo makin ramai, jika ada hiburan rakyat, pertandingan olah raga dan ada acara ceremonial pemerintah. Ruang publik ini biasanya juga akan rame saat week end, sabtu malam maupun minggu pagi.



sumber : https://www.kompasiana.com/wonosobozone/alun-alun-wonosobo-terindah-di-jawa-tengah_56088310ce7e61c026d57dd6

Gunung Beser Wonosobo

Kabupaten Wonosobo menyimpan ribuan potensi alam yang sangat indah dan menawan. Selain Kawasan Wisata Dieng, terdapat berbagai obyek wisata lain yang layak dikunjungi. Baik wisata kreasi budaya (culture), peninggalan sejarah (heritage), pengembangan potensi minat khusus sejarah dan purbakala maupun jenis wisata alam (nature). Potensi wisata berbasis desa, bahkan saat ini terus bermunculan.

Salah satu destinasi wisata baru yang belakangan menarik perhatian masyarakat. Yakni Objek Wisata Gunung Beser di Desa Lipursari Kecamatan Leksono, Wonosobo. Meski pun kedengaran agak tabu, karena nama gunung tersebut bernama Beser yang bisa diartikan buang air kecil, namun desa di bagian barat Wonosobo tersebut menawarkan keindahan pemandangan kota dan alam Wonosobo dari atas bukit.

Bahkan, pemandangan matahari terbit (sunrise) terlihat sangat luar biasa saat muncul di atas perbukitan. Selain itu, di bukit itu juga, pengunjung bisa menikmati pemandangan matahari terbenam (sunset) di ufuk barat 'Kota Dingin' itu. Ini karena gunung tersebut dihiasi pepohonan pinus, serta kawasan perbukitan dengan ketinggian lebih dari 800 meter dari permukaan laut (mdpl). Ini tampak berbeda dibandingkan wisata alam di Wonosobo lainnya.

Menurut Ahmad, berbagai potensi hasil bumi di Desa Lipursari juga sangat mendukung wisata alam desa tersebut. Bahkan, berbagai produk siap jual seperti gula jawa dan kuliner khas, akan diproyeksikan menjadi ikon wisata Gunung Beser. Selama ini, Gunung Beser banyak dikenal masyarakat lewat media sosial seperti Instagram, dengan menyajikan banyak spot foto indah yang mampu menarik minat wisatawan.

Para wisatawan yang datang setiap pekannya mencapai ratusan orang, didominasi pelajar dan kawula muda. Banyak juga orang tua, datang untuk mengenang indahnya masa-masa muda. Mengenai potensi kuliner yang saat ini sudah dikembangkan, yakni cimplung (olahan singkong), tiwul, leye (nasi dari singkong), opak tudung, dan nantinya ada Soto Lekuk. "Kami ingin mengangkat kuliner khas yang mewakili Wonosobo," aku dia.

Disebutkan, pengembangan Gunung Beser mendapat suntikan anggaran dana desa sebesar Rp 150 juta per tahun. Di tahun ini, pihaknya fokus pengembangan area bumi perkemahan seluas tujuh hektare, river tubing di Sungai Putih, dan wisata alam pemandangan Gunung Beser. Dukungan sangat besar pemerintah desa tersebut diamini Ketua Pokdarwis Genidiyansari Desa Lipursari, Ahmad Feri Rijeko.




sumber : http://www.suaramerdeka.com/news/detail/6769/Gunung-Beser-Tawarkan-Keindahan-Pemandangan-Kota-dan-Alam-Wonosobo

Jumat, 06 April 2018

Sejuknya di Kebun Teh Tambi-Cerita Wonosobo


Agrowisata Kebun Teh Tambi merupakan daya tarik wisata berbasis perkebunan, pemandangan alam, dan outbound yang berada di kaki Gunung Sindoro. Kebun teh ini merupakan peninggalan zaman Belanda yang saat ini masih diusahakan oleh sebuah perusahaan milik pemerintah. Keberadaannya cukup dikenal karena berdekatan dengan jalur utama menuju Dataran Tinggi Dieng.
Agrowisata Kebun Teh Tambi terletak kurang lebih 16 km arah utara kota Wonosobo. Tempat wisata ini dilengkapi dengan kamar-kamar penginapan yang bagus dan komplit. Akan ada pemandu yang membawa berkeliling perkebunan teh, melihat karyawan pemetik teh sedang bekerja dan ke dalam pabrik teh melihat prosesing teh sejak dari daun sampai siap saji.
Gapura Perkebunan Teh Tambi Wonosobo

Akhirnya kami memasuki gerbang Agrowisata Kebun Teh Tambi, hawa terasa cukup sejuk dan terlihat hamparan luas perkebunan teh yang cukup indah bila dipandang. Tidak kalah dengan keindahan perkebunan teh milik PTPN yang berlokasi di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat.
Jalan Yang Membelah Kawasan Perkebunan Teh Tambi Wonosobo
Tidak jauh dari gerbang masuk, disebelah kanan terdapat kawasan perkantoran dan pabrik pengolahan teh PT Tambi. Di kantor PT Tambi tersebut juga disediakan informasi mengenai wisata petik teh dan tur keliling pabrik bagi wisatawan umum.

Dulunya (1885) perkebunan ini merupakan milik Belanda dengan nama Bagelen Thee & Kina Maatschappij yang dikelola oleh NV John Peet berkantor di Jakarta. Setelah Indonesia merdeka, diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang selanjutnya setelah Konferensi Meja Bundar kembali diserahkan kepada pemilik semula. Tahun 1954 perkebunan dijual kepada NV Eks PPN (Pegawai Perkebunan Negara) Sindoro Sumbing. Tahun 1954 NV Eks PPN Sindoro Sumbing bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Wonosobo mendirikan sebuah perusahaan baru bernama NV Tambi dan yang sekarang telah berganti nama menjadi PT Tambi.
Jalan Setapak Di Kawasan Perkebunan Teh Tambi Wonosobo
Karena tidak berniat mendaftar paket wisata yang lumayan mahal bagi kocek mahasiswa, kami pun hanya sekedar mengelilingi jalan di perkebunan dengan menggunakan sepeda motor kami. Area perkebunan teh Tambi ini bukan merupakan kawasan tertutup sehingga jalan yang ada di kawasan ini digunakan untuk berlalu lalang warga sekitar dan wisatawan yang hanya ingin menikmati pemandangan alam yang ada.
Perkebunan Teh Tambi Wonosobo Berlatar Gunung
Area perkebunan cukup luas dengan luas lahan 829,14 ha terdiri atas 3 unit perkebunan yaitu Unit Tambi, Unit Bedakah dan Unit Tanjungsari. Jalan yang membelah Perkebunan Tambi ini merupakan jalan umum yang mengarah ke sebuah desa yang terdapat disebelah atas perkebunan.
Lokasi perkebunan terletak di lereng sebelah barat Gunung Sindoro dan Sumbing di bagian tengah Jawa Tengah. Ketinggian 800 – 2.000 meter di atas permukaan laut dengan tingkat curah hujan 2.500 – 3.500 mm per tahun.



Uniknya wisata di Lubang Sewu Wonosobo




Lubang Sewu

Wisata Lubang Sewu Erorejo merupakan sebuah wahana wisata alam di wonosobo yang terletak tepatnya di Desa Wadaslintang kabupaten wonosobo ,Keunggulan wisata erorejo ini memiliki landsap pemandangan yang indah berupa bebatuan yang hanya Muncul di saat musim kemarau tiba mulai dari bulan agustus hingga desember dan bila anda mengunjunginya pada saat musim hujan mungkin bebatuan ini akan tertutup waduk disekitar yang biasa disebut waduk wadaslintang,Bebatuan bebatuan tersebut membentuk beberapa bagian yang menarik untuk dilihat dan dijadikan spot ,seting dan keberadaaan bebatuan erorejo ini menjadi tempat yang menarik dan unik di wonosobo untuk dikunjungi ..

Tak jarang banyak yang menyebut Destinasi Objek wisata lubang sewu erorejo ini sebagai Grand cayon.nya indonesia ,Jalan menuju wisata lubang sewu erorejo ini sendiri berjarak 43km dari kota wonosobo dan akses yang mudah untuk sampai di wisata alam ini memang menjadi rekomendasi kami untuk berkunjung ke wahana wisata alam bebatuan erorejo ini ,Dengan pemandangan sekitar berupa pepohonan dan blackground.nya waduk bendungan wadas lintang Tempat wisata Lubang sewu ini seakan tak pernah sepi dari para pengunjung yang berdatangan entah itu dari dalam maupun luar kota .

Untuk tiket masuk ke wisata lubang sewu erorejo ini dikenakan biaya tarif masuk Rp.10.000 dan biaya parkir rp.2000 anda sudah dapat menikmati wahana wisata unik di wonosobo ini ,

Asal usul Wisata Lubang sewu erorejo ini bermula pada tahun 2015 ,waktu itu bebatuan masih tertutup oleh air dari waduk wadaslintang dan belum nampak terlihat bebatuan ini ,Pada saat musim kemarau tahun 2015 tepatnya pada bulan agustus ,Air disekeliling Waduk wadas lintang mulai menyurut,Sehingga bebatuan kering dan kerang mulai muncul di sekitar waduk sehingga membentuk bebatuan kering berbentuk piramida memanjang yang indah ,dan mulai pada saat itu dinamailah tempat ini dengan nama Wisata lubang sewu erorejo yang berarti Lubang bebatuan seribu ,itu artinya ada lebih dari 1000 batu dan tekstur bentuk dari batunya memiliki lubang .


Selain itu Sunset/tempat tenggelamnya matahari ini juga dapat disaksikan melalui Lubang sewu erorejo ini dengan blackground,nya waduk wadaslintang tentu akan menjadi pemandangan yang luar biasa indahnya ,Fasilitas lain yang dapat dinikmati dari wisata ini antara lain Bukit Hijau,Gazebo,Tempat pemancingan ,Mck dan Kuliner khas Wonosobo .






sumber : http://penginapandieng.net/wisata-lubang-sewu-erorejo/

Sunset dan Sunrise di Sekitar Telaga Cebong ,Bukit Sikunir Dieng


Telaga Cebong, Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia
Telaga Cebong


Akhirnya pun menuju ke warung untuk minum kopi sambil mencari kehangatan dari tungku bara api yang disediakan oleh pemilik warung. Warung yang aku sambangi ini dikelola oleh sepasang suami-istri yang merupakan penduduk asli Desa Sembungan. Obrolan kami pun mengalir sampai akhirnya mereka bercerita tentang sekumpulan anak muda yang minggu lalu juga habis camping disini.
Warung di Telaga Cebong, Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia
Warung di Telaga Cebong
Tepat pukul 03.00 WIB, alarm dari telepon genggamku pun berbunyi. Meski masih mengantuk karena baru tidur pada pukul 01.00 WIB tadi tapi aku harus tetap bangun jika tidak ingin ketinggalan melihat Golden Sunrise di Bukit Sikunir yang sudah melegenda itu. Menurut papan penunjuk jalan yang kemarin sore aku lihat, jarak dari tempat kami camping sampai di puncak Bukit Sikunir adalah 1 Km. Jika saja jalan itu lurus tentu hanya membutuhkan waktu paling lama 15 menit untuk mencapainya tanpa kelelahan, tapi karena yang kami tuju adalah bukit, maka…..

Aku tahu bahwa aku akan mendaki bukit, tapi aku tak menduga bahwa bukit yang akan kudaki ini memiliki tingkat kecuraman hampir 90 derajat. Sebagian jalur trekking sudah di semen tapi sebagian besarnya adalah tanah, tanah yang licin karena hujan semalaman. Mengerikan kan? Belum? Di beberapa bagian jalur trekking ini bersebelahan dengan jurang yang cukup dalam. Udah ngeri? Belum juga? Rasain sendiri deh. Huh! Kami mulai trekking sekitar pukul 03.30 WIB dan aku baru tiba di puncak 1 pada pukul 04.50 WIB. Bagaimana dengan teman-temanku yang lain? Mereka sudah tiba di puncak 2 sejak setengah jam yang lalu.
Para Pemburu Sunrise di Bukit Sikunir, Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia
Para Pemburu Sunrise di Bukit Sikunir
Sambil menunggu “sang artis” muncul, aku pun memesan segelas kopi dan mie instan seduh. Meski kedua menu ini tidak mungkin mengusir dingin, setidaknya aku harus berjaga-jaga agar tidak masuk angin. 15 menit aku dan ratusan orang lainnya menunggu disini, “sang artis” pun mulai menampakkan tanda-tanda kemunculannya. Namun sayang ia tak sendirian. Ia ditemani oleh awan tebal, mungkin ia malu karena “bangun tidur” malah disaksikan oleh khalayak ramai seperti ini. Jelas kulihat raut wajah kecewa sebagian besar pengunjung, tapi tidak denganku, karena aku sadar bahwa yang ingin kulihat adalah fenomena alam dan fenomena alam bukanlah kuasa manusia untuk mengaturnya.
Sunrise di Bukit Sikunir, Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia
Sunrise di Bukit Sikunir